Hari Ayah Sedunia









HARI AYAH SEDUNIA

  

   Disebuah rumah dengan suasana gelap terdapat seorang Gadis yang berjalan mengendap-endap menuju tangga luar rumah yang menghubungkan antara kamarnya dan halaman. Gadis itu bernama Silla. Melihat keadaan sekitar memastikan tidak ada yang melihatnya malam ini. Tiba-tiba suara anjing menggonggong ketika melihat Silla yang sedang memanjat pagar rumahnya. Ketika keadaan sudah aman, Silla melanjutkan aksinya. Kembali ke kamar lewat jalur tangga darurat yang dibuatnya dari tali.

    Dengan bersusah payah menuju kamar lantai dua. Silla disambut oleh sebuah uluran tangan dari seseorang. Seseorang tersebut adalah Ayahnya. Ternyata aksinya kali ini berhasil diketahui oleh sang Ayah, Silla yakin setelah ini pasti dia akan di interogasi oleh orang yang ada dihadapannya saat ini.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Tanya ayah sembari menjewer telingku 

"A-aku." Jawab Silla gelagapan

"APA. Mau cari alasan apalagi kamu ?" Tanya ayah berkacak pinggang sembari berteriak

"Aku tadi ada urusan." Ucap Silla berusaha mencari alasan

  Silla berpikir keras hingga akhirnya penghuni lain di rumahnya masuk ke kamar, dengan tubuh setengah sadar dan terkejut mendengar suara sang Ayah.

"Ada apa ini?" Tanya Nico sepupu yang seumuran denganku

"Aku baru pulang lewat pintu balkon kamar." Ucap Silla berusaha tenang

"APA?" Sontak Nico kaget seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan sepupunya ini.

   

Lampu menyala terang di kamar. Saat ini Silla telah diapit oleh dua lelaki yang siap mengintrogasinya.Berada ditengah kecemasan mencari alasan agar Ayah dan sepupunya itu tidak bertanya lebih jauh alasannya pulang larut malam.

"Sungguh aku hanya ingin pulang malam." Kata Silla memecah keheningan

Mereka tetap melihatnya dengan tatapan penuh tanya 

"Maksudku aku hanya-"Silla menunduk mencoba mencari alasan lain.

"Capat katakan!" Desak Ayah . Silla menjadi semakin gugup, takut akan ketahuan rencara yang telah dibuatnya bersama Nico

Silla memelototi Nico agar membantunya keluar dari keadaan menegangkan ini.

"Apa?" Desis Nico tidak mau tahu

Ayah melipat tangannya mengetuk salah satu kakinya ke lantai dan sorot mata yang tidak lepas dihapanku.

"Aku hmm, sebenarnya aku mau berikan Ayah-"

"Uhhuukk." Nico mendadak batuk. Kali ini gilirannya untuk menjawab rasa penasan dari ayah

"Kamu kenapa? Pergi minum sana!" Kata Ayah

"Gak papa kok Om cuma sedikit tersedak aja." Jelas Nico

"Silla, jawab?" Seru Ayah

"Kamu tau tidak baik anak Gadis pulang jam selarut ini. Cepat katakan apa alasanmu, apapun jawabannya Ayah gak akan marah selagi kamu jujur."

"Iya yah. Aku tahu, tapi Ayah janji ya." Silla mengacungkan jari kelingkingnya

"Apa itu?" Tanya Ayah

"Ini perjanjian, Ayah harus memeluk jari kelingku dengan erat. Itu cara mengikat janji."Jelas Silla

"Aku tadi belajar kelompok di rumah teman." Ayah semakin melotot

"Kan Ayah memelototi ku. Padahal aku cuma ngetes." Ucap Silla

"Oke kali ini serius. Jawab yang jujur." Kata Ayah

"Sebenarnya." Kata Silla sambil mendongak ke arah pintu

Lalu Nico segera keluar kamar, kemudian kembali masuk dengan membawa sebuah kotak kecil

"Ini" kata Nico sembari menyerahkan kotak tersebut ke Ayah

"Apa ini?" Tanya Ayah kemudian membuka kotak itu

Kotak itu berisi sebuah cincin pernikahan Ayah dan Bundanya Sillla yang sempat hilang beberapa tahun yang lalu. Cincin itu kembali ditemukan di ruang kerja sang Bunda yang tidak pernah lagi dihuni sejak kepergiannya dari dunia ini

"SELAMAT HARI AYAH." Ucap Silla sembari memeluk Ayahnya

Namun tidak ada rasa haru dari kejutan itu. Keadaan menjadi hening setelah melalui interogasi yang menegangkan 

"Jadi alasan kamu pulang selarut ini apa?" Tanya Ayah kembali



"Jadi begini yah. Cincin ini aku temukan di ruang kerja Bunda dulu . Saking senengnya cincin ini aku perlihatkan kepada temanku, rencananya malam ini aku akan memberikannya kepada Ayah sebagai hadiah. Tapi cincinnya malah ketinggalan di rumah Temanku jadi aku harus mengambilnya. Sampainya disana ternyata temanku gak ada di rumah. Terus aku telepon katanya dia ada urusan dan akan pulang larut malam. Jadi aku tungguin deh sampai malam." Jelas Silla panjang lebar

Kemudian Ayah mengangguk kuat. Ia memasangkan cincin itu di jari kelingkingnya lelu pergi keluar meninggalkan kamar. Dulu waktu bertunangan dengan Bunda cincin itu dikenakan di jari manisnya, tapi Ayah kini bertambah gemuk, jadi cicin itu hanya bisa dikenakan di jari kelingking. Silla dan Nico menatap heran melihat tingkah sang Ayah. Tidak ada reaksi senang maupun sedih pada wajah Ayahnya. 


Karya: Solikhatin Nafiah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari ayah

Cerpen

Bayang