Mimpi Sang Dara
MIMPI SANG DARA
Dara, gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi. Pagi itu, Dara mulai menjerang air untuk membuat segelas teh panas.
Dara merupakan gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya raya. Namun sayangnya, Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda, sehingga kerap merasa diacuhkan bahkan saat berada di rumah mewah tersebut.
Kedua orang tua Dara selalu mengabaikannya karena merasa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya kemungkinan besar malu, memiliki adik dengan kondisi seperti Dara.
Suatu pagi, Dara jatuh dari kursi rodanya, tapi tidak ada seorang pun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks, dengan niatan untuk menenangkan diri.
Saat sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis yang terlihat seperti seusianya. Dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan dan mulai menyebutkan namanya. "Hana," katanya. Mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-masing.
Tiba-tiba Hana berkata, “Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Tapi, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara."
Setelah berucap demikian, akhirnya gadis itu berpamitan pada Dara. Semenjak pertemuan di taman dengan Hana, Dara mulai merenungi kata-kata yang diucapkan oleh gadis tersebut. Dara mencoba mencerna perkataan dari Hana secara perlahan. Hal yang dipikirkan oleh Dara adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi tersebut.
Mimpi Dara adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di pameran besar. Oleh karenanya, ia mulai rajin membuat lukisan. Kesibukan tersebut ia lakukan agar tidak memikirkan dirinya yang selalu diacuhkan dan mulai memahami perkataan Hana.
Perlahan, mimpi sang Dara mulai terwujud saat diam-diam ia sering mengunggah lukisannya melalui media sosial. Hingga suatu hari, ada seorang pria yang datang ke rumah Dara dan mencarinya, guna mengajak Dara bergabung di sebuah pameran lukisan.
Keluarga Dara jelas terkejut mendengar ucapan pria tersebut, sebab tidak menyangka bahwa Dara si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya lukisan yang indah. Dara hanya tersenyum melihat respon kedua orang tuanya dan memilih menerima tawaran pameran tersebut.
Hari pameran tiba. Orang tua Dara menghadiri pameran itu dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama ini diabaikan. Sementara itu, Dara merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkan apa yang dimiliki.
Karya: Alya Mauizhatin Nisa
Komentar
Posting Komentar